MENIMBANG DIRI DI SISI ALLAH
Bismillah wa Alhamdulillah .
Selamanya, Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah
segala kebaikan menjadi sempurna.
Sesungguhnya aku tidak menangisi dunia ini, tetapi aku
menangis apabila memikirkan perjalanan yang masih panjang dan bekalan diri yng
sedikit ke alam barzakh. Aku berada antara dua jalan. Tinggi dan rendah, antara
Syurga dan Neraka. Aku tidak tahu ke arah mana kakiku ini melangkah pada
akhirnya…
Hati gelisah, jiwa meronta. Istighfar ku, memerlukan satu
istighfar lagi. Satu istighfar lagi, dan seterusnya. Teman sebilik sudah lena
di buai mimpi malam. Namun, masih ada mata yang segar, walaupun kepala sudah terasa
semakin berat. “Apa yang menjadikan engkau gelisah wahai Hati?” Monolog
sendirian. Hati bersuara, “Allah, Allah, dan Allah. Selamanya kau punya Allah”.
“ya Rahman ya Rahim, saat Engkau tahu aku lemah, maka pinjamkanlah aku sedikit
kekuatan dari kekuatan-Mu” – mulut berbisik perlahan, di iringi air dingin dari
bawah mata, membasahi pipi.
Allah, Anta tarani,
bahagianya aku dalam perhatian-Mu, sekian lama nikmat-nikmat-Mu aku gunakan
untuk sesuatu yang kurang bermanfaat, bahkan mungkin telah menyakiti,
menzalimi, mendustai, terlalu banyak dosa ku namun Engkau masih beri kesempatan
untuk bertaubat dan berterima kasih ya Allah, kau perhatikan aku dengan sifat
Ar-Rahman Ar-Rahiem-Mu hingga aib-aib ku Engkau tutupi, apa jadinya sekiranya
aib-aib ku ini Engkau buka, kemana arah hendak ku melangkah membawa malu ini…
Allah, Anta tasma’uni, Engkau mendengar do’a ku… Anta
tanzuru illaya, Engkau mengetahui benar keadaan ku, kekurangan, dan kelemahan
ku, aku hanya ingin menjadi hamba-Mu yang solehah, yang ingin selamat, yang
sanggup mengendalikan amarah, sakit hati, dendam, iri… bimbinglah aku wahai
Illahi, selamatkanlah aku, dekatkanlah aku kepadaMu, masukkanlah aku ke dalam
telaga ampunan-Mu, dan jangan tinggalkan aku sendirian.
Ya Allah, di sisa umur yang sesaat ini, berilah aku cinta
dan kasih sayang-Mu… berikanlah kekuatan kepada jiwa dan raga yang lemah ini,
dan sampaikan maaf ku kepada orang-orang yang dengan kesombongan ku dimasa
lalu, mereka rasa telah tersakiti, muliakanlah mereka ya Allah kerana mereka telah
mengajarkan kepada ku erti meminta maaf…
Untuk sekeping hati yang pernah saya lukai, jauh disudut
hati yang paling dalam, saya menangis untuk luka-luka yang telah saya hadirkan
dan kamu hadirkan untuk saya… namun, saya percaya, kita manusia yang tidak
sempurna, kita bukan manusia yang ‘suci’ dari segala dosa. Bukan bermaksud,
kita boleh mengulanginya untuk kali kedua dan ketiga. Cukup. Cukuplah kita
silap hanya untuk kali yang pertama.
Samudera Hati Seorang Manusia
“Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah,
maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka
sesungguhnya Allah menepatkan (mendudukan) hamba-Nya, sebagaimana hamba itu
mendudukan Allah dalam jiwanya (hatinya)”
Ini yang saya ‘dengar’ dari Hati saya, selepas subuh -
“menimbang diri di sisi Allah…” lalu sejuta pertanyaan bergemuruh dilubuk hati
saya yang paling dalam, sudahkah saya menempatkan Allah dikedudukan yang
terbaik dalam hati saya? Teringat salah satu do’a tahajud saya, agar Allah
meninggikan kedudukan saya sepertimana DIA meninggikan kedudukan orang-orang
sebelum saya, semoga kelak, bila saya sudah ‘tiada’, Allah tempatkan saya
bersama orang-orang yang DIA sayang… kini pertanyaan itu berbalik bak angin,
mengetuk pintu hati saya : “sudah tinggikah kedudukan Allah dihati saya…”.
Malu. malu dengan do’a yang tiap-tiap hari diratib.
Bukankah yang termahal dalam hidup adalah keyakinan pada
Allah? :)
Lalu apalah ertinya, apalah gunanya sekiranya memiliki
kekayaan tetapi hati saya jauh [miskin] dari mengenal Allah. Lalu apalah
ertinya saya dikenali ramai orang, memiliki jawatan tinggi, tapi.. kedudukan
saya sangat rendah di hadapan Allah. Kedudukan seorang manusia itu akan rendah
bila tidak mengenal Allah… irhamni ya Rahman, jangan masukkan aku ke dalam
golongan manusia yang rendah, kerana aku yakin aku tidak sanggup. Tetapi,
masukkanlah aku ke dalam golongan yang sedikit, golongan sedikit yang sentiasa
bersyukur pada-Mu.
Lalu bagaimana mengukur kedudukan saya disisi ALLAH,
ukurannya senang, selama 24 jam yang berlalu dalam tempoh satu hari, dalam
setiap jam, minit, dan saat itu, berapa kali kita mengingati Allah? Walau kita
melaksanakan kewajipan solat, apakah hati kita turut hadir dan tunduk seperti
mana tunduknya jasad kita kepada DIA? Ataukah fikiran kita melayang entah ke
mana, atau mengingati si dia yang dicintai. Saat di perjalanan, apakah kita
sibuk berdzikir serta mengambil ‘ibrah dari ayat-ayat Allah?
Hati, bila sentiasa bersambung taliannya pada Allah dalam
situasi apapun juga, maka sesungguhnya Allah telah meninggikan kedudukan si
hamba. Biar disetiap helaan nafas kita, kita rasa Allah bersama kita. Moga bila
saatnya untuk kembali semula ke tempat ‘asal’, helaan nafas yang dipinjamkan
adalah dalam rangka kita meninggikan Allah di hati, dan itulah kepulangan yang
paling dan sangat-sangat indah..! :)
Lalu sejauh mana pula usaha saya untuk “menyenangkan” Allah.
Tinggi rendahnya kedudukan saya di sisi Allah dapat terlihat dari senang atau
tidak saya melakukan amalan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Jika Allah
menyukai solat berjemaah, yang ganjarannya 27 kali lipat ganda daripada solat
sendirian, maka ini yang seharusnya saya pilih. Sekiranya Allah membenci
hubungan kasih sayang yang terputus, maka akan saya sambung setiap ikatan yang
terputus, semoga selalu ada jalan seluas samudera hati saya, maafkan kesalahan
saya.
Lalu sejauh mana kegigihan saya menghindarkan diri dari
maksiat. Pesan seorang guru ; “kedekatan seorang hamba dengan Allah, akan
terlihat dari kesungguhannya dalam menjauhi maksiat”. Orang-orang yang
berkedudukan tinggi di sisi Allah, akan segera bertaubat saat dia terjerumus ke
dalam maksiat. Menyesal, kemudian berazam untuk tidak mengulangi kesalahan, dan
menggantinya dengan kebaikan yang lebih berganda-ganda, Allah, sudah seperti
inikah saya …?
Jika hati terasa hampa, saya menilai diri, apa saya jauh
dari Allah? Rupa-rupanya, saya BELUM sempurna memperbaiki diri saya, belum
seluas samudera hati saya yang berlayar untuk terus kembali kepada ILLAHI. :)
# Manusia itu dua matanya (ibarat) penunjuk, dua telinganya
sebagai pemberi isyarat AWAS, lisannya sebagai penterjemah, dua tangannya
sebagai sayap, HATInya pula sebagai RAJA. Kalau RAJAnya baik maka baiklah bala
tenteranya. Pemeliharaan Hati itu terutama. Sekiranya ia mampu bergetar dan
teralun dengan Dzikrullah, Ayatullah & berbagai jenis Ibadah, maka
berBAHAGIAlah! Hati yang SATU itu masih HIDUP!
Detik-detik kematian, semakin hari semakin menghampiri. Ayuh
teman, sama-sama bersihkan HATI yang kotor dan berdaki. Moga buku amalan kita
bermula dengan baik, dan khatimahnya juga akan baik. Oh Allah, bantulah aku
buru keredhaan-Mu. Aku tahu, aku sentiasa ada-Mu.. :)
No comments:
Post a Comment